Kita perlu ingat bahwa upaya transisi energi bukan hanya butuh investasi dan teknologi tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri masa depan

Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut ada tiga strategi agar akselerasi transisi energi dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik berjalan optimal.

"(Strategi) pertama, mendorong pabrik market partnership untuk mengatasi tantangan pembiayaan di sektor energi baru dan terbarukan (EBT), contohnya melalui mekanisme blended finance," kata Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid saat menjadi pembicara kunci dalam webinar bertajuk "Masa Depan Energi Indonesia: Transisi Energi Baru Terbarukan dan Hilirisasi Industri" di Jakarta pada Kamis.

Strategi kedua ialah mendorong hilirisasi dengan berinvestasi pada teknologi dan fasilitas manufaktur seperti smelter, stasiun pengisian daya kendaraan listrik, dan pengembangan rantai wilayah domestik electric vehicles.

Kemudian strategi ketiga, yaitu peningkatan kapasitas sumber daya manusia atau human capital development dalam mengoperasikan energi baru melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.

"Kita perlu ingat bahwa upaya transisi energi bukan hanya butuh investasi dan teknologi tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri masa depan dan tentunya tidak terlepas dari dukungan pemerintah untuk percepatan transisi ke EBT," ujar Arsjad.

Lebih lanjut, ia mengatakan transisi energi memang harus makin digencarkan, mengingat dalam satu dekade terakhir keadaan lingkungan dunia semakin mengkhawatirkan karena krisis iklim.

"Indonesia sendiri termasuk negara yang rentan akan krisis iklim. Sejak tahun 2019, kerugian karena bencana banjir sudah mencapai sekitar 350 juta dolar AS, meningkatnya permukaan air laut tiap tahunnya juga menyebabkan sekitar 20.000 pulau di Indonesia diprediksi tenggelam tahun 2050," kata dia.

Oleh karena itu, kata dia, mengakselerasi transisi energi terbarukan harus menjadi prioritas pembangunan Indonesia.

Ia mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar mencapai 3.700 gigawatt (GW). Namun, sayangnya bauran EBT di Indonesia baru sekitar 15 persen.

"Angka ini masih jauh dari target ideal tahun 2060 sebesar 75 persen," kata Arsjad.

Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) seperti cadangan nikel terbesar di dunia yang dapat digunakan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik.

"Meskipun begitu, ekosistem kendaraan listrik kita masih kalah masih kalah jauh dengan negara lainnya, misalnya China," tuturnya.

Selain itu, kata Arsjad, industri produksi baterai di Indonesia juga masih dalam tahap awal, di mana hanya terdapat satu produsen baterai jenis lithium-ion yang beroperasi secara komersial.

Berikutnya, Indonesia juga baru memiliki 10 produsen motor listrik. Sementara di China ada lebih dari 500 produsen motor listrik.

"Padahal kalau potensi ini dioptimalkan tidak hanya kita mengurangi dampak perubahan iklim tetapi juga dapat meraup peluang ekonomi yang besar," ucap Arsjad.


Baca juga: Transisi energi berkeadilan penting guna turunkan emisi gas rumah kaca
Baca juga: Menkeu sebut investor swasta lirik pembiayaan transisi energi RI
Baca juga: Gas bumi miliki peran strategis pada masa transisi energi

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023